Desainer WEB VS Programmer WEB
Designer dan programmer mohon untuk tidak berpikir negatif dulu tentang isi dari artikel ini, disini saya hanya ingin sharing pengalaman dan opini saya tentang hubungan antara web designer dan web programmer, kenapa ? karena saya mengawali karir di dunia kerja sebagai desainer grafis, kemudian jadi desainer web dan akhirnya kecemplung juga jadi web programmer, dan pada proses pembelajaran sampai sekarang ini banyak sekali uneg-uneg dan pengalaman lainnya baik yang enak maupun yang tidak mengenakkan..
Memang bagaimana hubungan antara desainer dan programmer ? yah memang bermacam -macam yah hubungannya, ada yang baik, buruk, biasa-biasa saja, untuk saat ini saya akan sedikit sisipkan pengalaman sebagai desainer grafis yang berusaha belajar menjadi web designer dan akhirnya mempelajari web programming hingga bisa membuat aplikasi web dengan bahasa pemrograman php.
Pertama kita bahas tentang hubungan web desainer dan programmer secara umum, kenapa topic ini menarik? karena seringkali terjadi perseteruan antara desainer dan programmer, ini juga di picu dari pola pikir desainer yang berbeda dengan pola pikir programmer, saat kita belajar desain di universitas atau sekolah tinggi Komunikasi Visual desainer di ajarkan untuk berkreasi dengan bebas, dan itu pun di seimbangkan dengan fungsi dan estetika, sehingga kita berpikir untuk membuat sesuatu yang fungsional dengan tampilan yang indah, namun ini berbeda dengan pola pikir programmer web.
Pola pikir programmer web menurut saya lebih sistematis, sangat memikirkan teknis dan eksekusi, aksi dan reaksi serta proses di belakang interaksi yang terjadi di web menjadi pola pikir utama saat programmer merencanakan sebuah aplikasi web, inilah yang sering membuat desainer web dan programmer sering berseteru, kadang desain web yang dibuat desainer tidak masuk akal di otak programmer, gaya desain dan elemen desain pun bisa menjadi masalah karena ini berhubungan dengan user interface coding CSS dan HTML yang kebanyakan di Indonesia dikerjakan oleh programmer juga.
Loh jadi kerjaan desainer web apa aja ? mungkin pertanyaan ini juga sering muncul di benak para desainer web di indonesia, dari berbagai sumber dan melihat kembali pemahaman dunia kerja di Indonesia tentang profesi web desainer, tampaknya para pencari kerja memahami profesi desainer web itu sama dengan profesi desainer grafis, menurut saya ini salah.. memang benar desainer web bisa saja mengerjakan pekerjaan grafis, tapi belum tentu desainer grafis bisa mengerjakan pekerjaan desainer web. Ini tentunya di lihat juga dari segi teknis dan pengetahuan tentang web., kalau di teliti pekerjaan web memerlukan pengetahuan khusus tentang web design dari basic color mode, pixel based desain, user interface sampai teknologi yang digunakan dalam desain halaman web yaitu CSS (Cascading Style Sheet) serta HTML (HyperText Markup Language). kurangnya pengetahuan tentang beberapa hal basic tadi bisa menimbulkan kebingungan serta hasil desain yang tidak proporsional atau harmonis dari segi pewarnaan dan komposisi layout.
Pengalaman saya saat mulai ber-migrasi dari desainer grafis ke desainer web, sebelumnya kenapa saya sudah memberanikan diri berpindah haluan, karena saya merasa sudah memiliki basic knowledge tentang dunia web, dan memang dari kuliah pun saya sudah mengerjakan beberapa desain web sampai ke programming-nya (side job tentunya). Hal ini lah yang membuat saya memberanikan diri untuk menjadi desainer web, Kebetulan di suatu situs yang menayangkan pekerjaan secara online saya menemukan peluang untuk melamar di suatu perusahaan corporate besar, memang perusahaan ini bukan di bidang desain, tapi yang dicari desainer web , cukup jelas tertera di iklan pekerjaan tersebut, Web Designer needed!. Tentunya saya berharap disini perusahaan sudah lebih mengerti tentang profesi dan job description seorang desainer web.
Setelah menunggu beberapa hari, ternyata aplikasi saya diterima dan saya dipanggil untuk interview di kantor tersebut, setelah beberapa kali tes dan interview, akhirnya saya di pekerjakan di perusahaan tersebut dengan status trial 3 bulan tentunya, sepertinya atasan saya ingin melihat kinerja saya dulu, tak disangka setelah beberapa hari kerja, job desc saya hanyalah men-desain halaman web sampai desain grafis saja, tidak sampai coding html dan css, padahal saya berharap pekerjaan web desainer itu ya sampai coding css dan html. Ternyata semua pekerjaan coding html dan css programmer yang mengerjakan, antara senang dan tidak ya, pertama senang karena kerjaan berkurang, tapi tidak senang juga karena tidak ada pengalaman baru dalam hal ini, saya hanya desainer grafis yang men-desain web, tidak lebih, kecewa ? tentu saja.
Namun tidak selang beberapa lama desain yang saya buat di Adobe Illustrator saya bandingkan dengan desain yang jadi di halaman web banyak bedanya, sempat berpikir apa saya yang salah atau gmana? nah disini lah perseteruan halus antara desainer dengan programmer saya rasakan, pertanyaan yang saya utarakan mengenai desain yang hasilnya berbeda mengundang jawaban sinis dari programmer di kantor yang mengerjakan web tersebut, perasaan direndahkan dan seperti dianggap tidak tahu apa-apa pun saya rasakan. Memang saya lupa tentang apa yang si programmer katakan tepatnya, tapi saya tidak pernah lupa efek dan perasaan yang diberikan ke saya setelah programmer tersebut mengucapkan perkataan pembelaan dan pembenaran atas tindakannya mengubah desain saya di tampilan browser.
Perasaanya? kata-kata tersebut seperti berkata “ ah lo desainer grafis doang tau apa sih tentang web, html, css dan lainnya apalagi php” padahal saat masuk di perusahaan tersebut saya sudah mengerjakan banyak proyek web dengan teknologi web terkini di saat itu, html, css, jquery sampai backend CMS (Content Management Sytem) saya buat sendiri dari pure php dengan basic knowledge CRUD (Create, Read, Update, Delete) dan saya belajar dari pemrograman asp classic kemudian menemukan php yang ternyata lebih mudah, semua itu otodidak dari pengalaman, googling dan buku panduan pemrograman.
Semakin lama gerah juga dengan hasil web desain yang tidak sesuai dengan desain saya, tampaknya si programmer malas untuk menciptakan atau coding agar tampilan sesuai dengan desain, baik dari segi layout maupun user experience yang tentunya saya harapkan bisa di wujudkan. Contohnya saya ingin membuat menu dropdown yang fleksibel dengan efek transparansi atau bentuk tertentu seperti rounded corner dan lainnya, ini kadang tidak diwujudkan seratus persen seperti di desain, kadang hanya warna background saja yang di samakan dan yang lainnya tetap menggunakan plugin yang si programmer sudah miliki. Hmm kesel ga tuh, bagus kalau plugin itu cocok dan fit di desain, kalau tidak ? desainer web juga yang kena… kok desainnya jelek sih… enak ga tuh.
Tahun pertama saya lalui dengan tidak nyaman, seringkali saya sebagai web desainer tidak dapat menyembunyikan perasaan kesal dan bad mood, dan sering juga adu mulut sampai diam-diaman, ini yang bisa di namakan hubungan yang buruk antara desainer dan programmer.
Sampai akhirnya di akhir tahun pertama, muncul satu pekerjaan yang cukup menantang dari atasan, sebelumnya saya ceritakan dulu tentang atasan saya, atasan saya bukanlah dari background IT, dia seorang wanita asing dari china, kemampuannya mungkin lebih ke managing dan setup goal untuk departemen web ini. Jadi dia sama sekali tidak mengerti tentang coding atau bahasa pemrograman web.
Nah kembali lagi ke satu pekerjaan menantang yang merubah semua pandangan si programmer terhadap saya, ya benar pekerjaan desain web anniversary perusahaan, si Bos menunjukkan web salah satu perusahaan otomotif besar asal jepang yang memiliki web anniversary yang bagus, dari segi desain, user experience serta plugin-plugin yang digunakan, saya merasa tertantang tapi tampaknya si programmer merasa malas dan saat itu memang dia sedang ada load kerjaan web project lain, menurut saya kenapa programmer saya malas karena dia yakin web ini harus dikerjakan hard coding dari scratch, dan melihat web-web yang dibuat selama ini menggunakan Joomla, ini akan sulit dilakukan dan malas juga kali ya?. akhirnya dia menolak mengerjakan web tersebut atas alasan load pekerjaan.
Nah disinilah saya mulai gerah dan bilang kepada atasan saya.. “ Bos let me do it, I will make this web until finish and you can view it on the browser”, Bos saya tampak sedikit terkejut, “You can do that?” ya saya balas “ Yes I can!, but not with the backend CMS, because it’s PHP right?” ya benar saya tidak mau sampai ke PHP programming , kalau sampai saya kerjakan sampai php bisa saja saya yg di eksploitasi, gaji nya web desainer kok ngerjain programming dan database juga. ga mau lah.
Nah dari sini tampak muka si programmer agak terkejut, dan sedikit ingin tahu sepertinya level saya sampai dimana mengerjakan HTML & CSS, nope saya tidak akan Cuma menggunakan dua bahasa itu saya akan gunakan Jquery juga and let see the result. 2 Minggu berjalan akhirnya saya dapat menyelesaikan web tersebut, saya sangat puas dengan hasil web ini, pertama kalinya web yang saya desain dan rencanakan dari segi efek menu, experience dan detail benar-benar jadi sesuai kemauan saya, proporsi dan warna semua persis. Yes! now eat that you lazy programmer!
Saat webnya launching Bos saya sangat puas dan sedikit menyanjung hasil kerja saya tapi tetap gaji ga naik hehehe. Nah dari sini si programmer sedikit melihat coding saya di web tersebut, dan dia menyadari saya bukanlah anak desain grafis yang bodoh dan ga tahu apa-apa tentang web, ketahuan deh banyak kerjaan dia yg simple sebenarnya tapi dia menjelaskan ke saya dengan sangat rumit (padahal males doang). ketahuan deh!! hahaha!.
Nah dari situlah saya tahu juga kemampuan CSS si programmer masih di bawah saya, ini mengapa saya menyarankan kepada semua perusahaan yang ingin menggunakan jasa Web Designer untuk lebih mencari tahu job description dan skill yang harus di miliki desainer web. Agar hal-hal seperti ini tidak terjadi di dalam lingkungan kerja. Akhirnya perlakuan si programmer berubah hampir 180 derajat, lebih baik, lebih respect dan yang agak gaenak jadi banyak nanya tentang CSS Coding, nanya mulu…hehe.
Jadi saran saya untuk desainer grafis yang ingin pindah haluan ke web desainer untuk memperkaya pengetahuan di bidang web, paling ga mengerti dan bisa coding html, css, kenapa? biar ga di rendahin ma programmer , alasan lainnya jadi nilai plus bagi atasan. kalau dari segi kebutuhan perusahaan tampaknya kalau di perusahaan yang bukan spesialis web mereka kurang mengerti job desc web desainer, ini bisa jadi keuntungan kalau kamu malas ( tapi amit-amit deh desainer kok malas ). Tapi kalau kamu melamar di advertising agency atau web developer kemungkinan besar mereka mengerti dan akan menggunakan skill kamu sepenuhnya bahkan di haruskan mengerti web coding seperti HTML dan CSS untuk mengaplikasikan desain kita ke browser.
Semua cerita diatas benar adanya saya alami dan merupakan pengalaman yang sangat berharga tentang tipe-tipe orang di lingkungan kerja dan bagaimana kita harus membawa diri, bersabar dan menunggu waktu yang tepat untuk menunjukkan kemampuan kita. Salam Kreatif dan semangat untuk semua desainer di Indonesia dan seluruh dunia!
sumber : http://www.ar7ikel.com/view-content-52-web-designer--vs--web-programmer.html
Post a Comment